KOKYUU SHINAI
MADE
Taman Odori, Sapporo, Hokkaido
Fuyu
Aku memandang iri pada orang-orang di
sekitar yang terlihat berbahagia dengan pasangannya. Ah, seandainya Yuki masih
menjadi kekasihku. Tentu saja saat ini aku tak akan sendirian menyaksikan
Festival Salju Sapporo. Tapi ya sudahlah, Yuki telah berbahagia bersama lelaki
pilihannya. Harus kuterima kenyataan pahit jika Yuki lebih memilih dia. No problem. Aku tetap bisa baik-baik
saja!
Angin
berembus dingin dan mengenai leherku. Ternyata syal yang menggulung leherku ini
sedikit tak rapat. Aku membenarkan letak syal dengan cepat setelah itu
kugosokkan kedua telapak tanganku supaya terasa sedikit hangat. Dinginnya salju
terasa sampai di telapak kakiku. Salju… mengingatkan lagi tentang Yuki. Ya,
Yuki mantan kekasihku!
Yuki sangat menyukai salju. Sudah dua
kali kami datang ke Taman Odori ini untuk menikmati ratusan ukiran es dan
patung salju yang berderet di sepanjang Taman Odori. Dua tahun kami pacaran,
ternyata sama sekali tidak berarti baginya. Yuki mengkhianatiku. Dan aku hanya
bisa menerima, meski rasanya sakit dan pedih. Seharusnya tahun ini aku tak usah
datang ke sini. Tapi gejolak batinku menyuarakan agar aku datang, meski tanpa
Yuki.
Langkah kakiku terhenti pada sebuah
patung besar berbentuk Hello Kitty. Bukan patung itu yang membuatku tertarik,
namun seseorang yang tengah menatap patung Hello Kitty dari salju itu. Dia
seorang perempuan dan sepertinya seusia denganku. Iseng kudekati dirinya dan
berdiri di sampingnya. Tak kusangka, wajah cantiknya telah basah oleh air yang
keluar dari kedua mata indahnya.
“Ini….” Aku menawarkan saputangan
padanya.
Dia bergeming. Namun wajahnya telah
ditundukkan, tidak lagi menatap patung di hadapan kami.
“Gomen
nasai! Bukannya mau apa-apa, aku hanya menawarkan saputangan ini. Kalau
saja kau membutuhkannya,” ujarku pelan sembari tetap menatap lekat pada gadis
di sampingku.
Tangannya terulur dan meraih saputangan
yang kutawarkan. Dengan segera diusapkannya saputangan coklat milikku ke
wajahnya yang basah.
“Arigatou
gozaimasu, Besok datanglah ke sini lagi! Saputangannya akan kucuci dahulu,”
Setelah mengucapkan kalimat itu, dia
berlarian entah mau ke mana. Aku hendak mengejarnya untuk menanyakan namanya.
Namun segera kuurungkan.
***
Hari
ini aku menunggunya. Tepat di hadapan patung salju berbentuk Hello Kitty
seperti kemarin. Namun sudah lebih dari satu jam, gadis yang berhasil membuatku
penasaran itu belum juga datang. Sudah berkali-kali kurapatkan mantel. Siang
ini udara terasa sangat menusuk hingga ke tulang. Kalau saja bukan untuk
bertemu gadis itu, siang ini aku enggan untuk ke luar dari rumah.
“Konnichiwa. Sudah lama kau menunggu? Gomen nasai!” ucap lembut si gadis
dengan senyuman kecil namun terlihat sangat indah. Wajahnya lebih ceria dari
kemarin, meski masih jelas tergambar jika wajah itu mengandung kesedihan.
“Konnichiwa. Lumayan, hehe…. Daijobu desu.” Aku memasang wajah
seceria mungkin agar gadis ini ikut ceria sepertiku.
Dia
tersenyum lagi. Lalu matanya memandangi patung Hello Kitty. Raut wajahnya
berubah. Senyum yang tadi sempat ada di bibirnya, perlahan telah terhapus. Kini
bibirnya beku dan dingin, seperti salju yang terhampar di sekelililng kami saat
ini.
Hampir
sepuluh menit dia hanya terdiam murung. Aku bingung harus bagaimana. Dengan
nekat kusentuh bahunya. Dia menoleh dan menatapku.
“Eh,
aku boleh tahu namamu? Aku Satoshi.”
“Yuki.”
Aku
terbelalak kaget. Yuki? Nama itu…. Ah, kenapa harus nama itu lagi!
“Pasti
kamu sangat menyukai salju!” tebakku.
“Emm,
iya!”
Aku
tersenyum. “Yuki… artinya salju. Dan dugaanku benar, kalau kau menyukai salju.”
Dia
tersenyum. Dan kali ini terlihat lebih manis karena matanya menyipit.
“Yuki,
aku boleh bertanya sesuatu?”
“Kau
pasti ingin bertanya kenapa kemarin aku menangis?”
Aku
tertawa. “Iya, benar sekali! Hehehe!”
“Besok
kembalilah lagi ke sini, akan kujelaskan. Jika kau bersedia,”
“Tentu
saja!”
“Aku
pulang dulu, ya!” Pamit Yuki sambil menyerahkan saputangan berwarna coklat yang
kemarin kupinjamkan.
Belum
sempat mengatakan sampai jumpa padanya, dia sudah berlari dengan cepat dan
menghilang di antara ribuan orang yang menjejali area Taman Odori. Aku menarik
napas pelan dan mengembuskannya di kedua telapak tanganku.
***
Hari
ini Yuki telah tiba terlebih dahulu. Kukejutkan gadis itu dengan menepuk
pundaknya pelan.
“Eh,
Satoshi!” katanya terkejut.
“Konnichiwa, Yuki!” sapaku lembut dan
semangat.
“Konnichiwa!” balas Yuki dengan senyumnya
yang kusukai. Senyum itulah yang selalu terbayang di benakku dari hari kemarin.
Yuki…
entah kenapa sejak bertemu dengannya, aku merasakan sesuatu di hatiku. Aku tahu
aku menyukai gadis dengan rambut panjang hitam dan gelombang ini, tapi kenapa
bisa?
“Satoshi!
Kenapa kau diam? Memikirkan sesuatu, ya?”
“Eh,
iya. Memikirkan kau, Yuki!”
Dia
hanya tertawa menanggapi kata-kataku.
Saat
ini kami berjalan menyusuri Taman Odori yang sangat ramai. Bukan hanya orang
Sapporo yang berada di sini, bukan pula orang-orang Hokkaido saja. Tapi ada
juga pengunjung dari luar negeri. Festival musim dingin terbesar di Jepang ini
akan berlangsung selama tujuh hari di Bulan Februari. Ini hari ke tiga, dan
masih ada empat hari lagi. Semoga saja empat hari ke depan, aku masih bisa
selalu bertemu dengan gadis yang sedang berjalan di sampingku ini.
“Satoshi,
kau tidak bersama kekasihmu?” Tiba-tiba Yuki bertanya sejak keterdiamannya
sedari kami meninggalkan patung Hello Kitty tadi.
“Iie! Aku dan dia sudah putus
sejak awal aki kemarin.”
“Gomen nasai!” ujar Yuki menyesal.
“Daijobu desu. Aku sudah melupakannya
sejak bertemu denganmu.”
Aduh!
Aku kelepasan bicara. Bagaimana ini kalau Yuki tidak menyukai kata-kataku.
“Kau
mau karaage, Satoshi? Atau mau takoyaki?“ Yuki menawarkan makanan khas
daerah-daerah Hokkaido, yang dijual di kios dan tenda di depan kami saat ini.
Sepertinya
Yuki sengaja mengalihkan arah pembicaraan yang tidak sengaja kuucapkan tadi.
“Takoyaki saja, Yuki!” kataku pada Yuki.
Kami
menikmati takoyaki dari wadah kertas sambil duduk bersantai di kursi taman.
Sambil mengunyah, kuamati Yuki dari dekat. Cantik dan lembut! Namun aku merasa
ada hal yang teramat menyiksa batinnya. Seandainya aku tahu dan bisa membantunya,
pasti akan kulakukan. Apapun itu!
“Yuki,
kau berjanji padaku untuk bercerita hari ini!” tagihku dengan mengedipkan mata
jenaka.
“Eh,
itu… iya. Aku habiskan takoyaki ini dulu, ya!” jawabnya tersenyum dan aku
menganggukkan kepala.
Tiba-tiba
angin kencang sekali dan salju turun cukup banyak. Udara seketika berubah
menjadi semakin dingin. Kulihat wajah Yuki sangat ketakutan. Kedua telapak
tangannya dikepalkan erat dan didekatkan rapat pada mantel birunya. Topi
mantelnya yang biasanya tidak dikenakan, sekarang dengan cepat ditutupkan pada
kepalanya. Dia terlihat menggigit bibir bawahnya. Benar-benar seperti orang
ketakutan.
Salju
semakin banyak. Seolah beterbangan dan menempel di mana-mana, termasuk di
mantelku dan mantel Yuki. Dingin memang, namun aku termasuk salah satu orang
yang menyukai adanya salju. Jadi aku dan Yuki tetap duduk di kursi taman ini.
Tapi ada juga beberapa orang yang kulihat menghindari salju. Mereka masuk ke
dalam tenda dan kios yang menawarkan aneka macam kuliner khas Jepang.
“Satoshi,
kita ke tenda saja!” pinta Yuki dengan suara bergetar.
“Kenapa,
Yuki? Bukannya kau menyukai salju?” tanyaku heran.
“Aku…,”
Bukannya menyelesaikan kata-katanya, Yuki malah menangis.
Kekhawatiran
menyergapku. Lalu kubawa tubuh Yuki ke dalam pelukanku untuk menenangkannya.
Tak kuhiraukan berpuluh-puluh pasang mata menatap kami. Bagiku hanya Yuki yang
penting saat ini.
***
Hari
ke empat, ke lima, ke enam dan sampai hari terakhir Festival Salju Sapporo, aku
tak pernah lagi bertemu Yuki. Sungguh aku mengkhawatirkan gadis itu. Aku selalu
menunggunya di depan patung salju Hello Kitty. Aku juga mengelilingi Taman
Odori ini. Tapi aku tak menemukannya.
Penutupan festival ini sebenarnya
sangat meriah meski dinginnya salju tak pernah lepas menyerang kulit. Namun aku
merasakan kehampaan sekaligus kerinduan pada Yuki, gadis yang telah membuatku
merasakan kembali sebuah perasaan yang menyegarkan hati. Sambil memandangi
patung es Hello Kitty yang besar dan lucu di hadapanku, kembali kuingat cerita
Yuki kenapa dia menangis ketika melihat patung es ini.
“Hari itu… aku bersama adikku, Hanako. Kami
hendak menyaksikan Festival Salju Sapporo. Hanako sangat menyukai patung es
berbentuk Hello Kitty. Itu sebabnya Hanako memaksakan diri untuk pergi ke Taman
Odori hari itu, meski kondisinya sangat lemah oleh penyakit asmanya. Adikku
sudah menderita asma sejak usia sebelas tahun, Satoshi. Aku sangat
menyayanginya. Aku tak mau kehilangan dia, sama seperti aku kehilangan kedua
orangtuaku. Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Hanako. Tapi takdir
berkata lain, belum sempat melihat patung itu, Hanako ditabrak seseorang dan ia
terjatuh. Ditambah lagi cuaca saat itu benar-benar bersalju dan amat dingin.
Napas Hanako tersengal-sengal sambil memanggil namaku berulang kali. Aku
mencari alat untuk membantu pernapasannya. Ternyata alat itu tertinggal di
rumah. Beberapa menit kemudian napas Hanako sudah tidak ada lagi. Dan hari itu
aku pun harus kehilangan adikku. Hiks….”
Hatiku miris saat mendengar cerita yang dituturkan Yuki
dengan berurai airmata. Wajar saja dia begitu. Siapa yang tidak bersedih saat
kehilangan seseorang yang amat disayangi. Apalagi Yuki sudah tidak memiliki
siapa-siapa. Gadis yang telah menarik hatiku itu telah benar-benar sendirian
kini. Seandainya aku bisa, ingin sekali setiap saat aku menemani dirinya. Akan
tetapi, aku tak tahu harus mencari dia ke mana. Aku tak pernah bertanya di mana
tempat tinggalnya selama tiga kali pertemuan kami di taman ini.
“Jika
Yuki ditakdirkan untuk menjadi jodohku, aku percaya kami akan kembali
bertemu….” Aku bergumam dan berharap di dalam hati.
Kutinggalkan Taman Odori ketika jarum
pendek di jam tanganku menunjukkan angka delapan. Sengaja aku pulang saat
langit sudah menjadi gelap seperti ini. Aku masih ingin menunggu Yuki, meski
kutahu dia tidak ada di sini. Hari ini sudah lebih dari sepuluh kali aku
bolak-balik ke tempat patung es Hello Kitty. Aku sangat berharap Yuki ada di
sana menungguku di hari terakhir festival. Tapi sepertinya penantianku ini
hanya berakhir sia-sia.
Dengan
langkah gontai, kutinggalkan salju-salju di Taman Odori. Saat langkah kakiku
keluar dari area taman, kudengar sebuah suara memanggilku. Hatiku berdesir dan aku
tak berani menoleh ke belakang. Aku pun tetap melangkah tanpa berniat untuk
berhenti. Ya, itu karena aku takut ini hanyalah ilusiku saja. Namun, suara itu
masih ada, masih meneriakkan namaku dengan sangat jelas dan indah. Seperti
sebuah kidung yang menenangkan.
“Satoshi!
Satoshi…!”
Kuhentikan
langkah. Berdiri terpaku di atas salju yang sudah membeku. Dengan perlahan aku
menoleh ke belakang, ingin membuktikan sebuah harapan yang tengah bermain di
pikiranku. Dia… dengan rambut gelombangnya yang basah dan dihiasi putihnya
salju yang menempel, berlarian menuju ke arahku.
“Satoshi….”
Dia kembali menyebut namaku dengan lirih sembari menatap lekat pada mataku.
“Yu…
Yuki, kau?” ucapku dengan suara bergetar. Ingin rasanya aku berteriak. Aku
terlalu bahagia karena bisa bertemu kembali dengan gadis ini.
Yuki
tersenyum manis sekali. Aku memandangi wajahnya. Matanya memancarkan sebuah
kerinduan untukku.
“Gomen nasai, Satoshi! Tiga hari kemarin
aku sengaja menghilang dan tak mau bertemu denganmu. Itu karena aku ingin
melupakan perasaanku. Tapi ternyata aku tak bisa melupakan pertemuan kita
begitu saja. Aku tak mampu menghapus bayang-bayang dirimu.”
Kata-kata
yang diucapkan Yuki seakan menjadi melodi terindah, juga sebagai jawaban atas
keresahanku akhir-akhir ini. Segera kubawa tubuh Yuki ke dalam pelukanku.
“Yuki,
kau tak perlu melupakanku. Jangan kau lupakan aku! Kokyuu shinai made, tetap
jangan kaulupakan aku! Daisuki dayo,
Yuki!”
“Benarkah
itu, Satoshi?” Yuki melepaskan pelukanku dan menatapku dengan tatapan tak
percaya.
Aku
mengangguk dan tersenyum. “Kau tak akan sendirian lagi, Yuki. Aku akan
menemanimu selalu.”
Dengan
segera Yuki memelukku erat. “Ima made
arigatou, Satoshi!”
Salju-salju yang telah membeku di
sekitar Taman Odori menjadi saksi kisah kami berdua. Kisah kasih yang baru saja
akan dimulai. Dan kali ini aku merasakan bahwa gadis yang memelukku saat ini
adalah sebuah takdir terindah untukku. Semoga saja!
Index
:
1.
Taman
Odori, Sapporo, Hokkaido : Sebuah taman yang berada di Sapporo, Hokkaido.
Tempat berlangsungnya pameran ukiran es dan salju berukuran sangat besar.
2.
Fuyu : Musim dingin.
3. Festival Salju Sapporo : Festival salju terbesar di Jepang yang diadakan di
kota Sapporo, Hokkaido. Berlangsung
selama seminggu pada awal Februari.
4.
Gomen nasai : Maafkan aku.
5.
Arigatou gozaimasu : Terima kasih.
6.
Konichiwa : Selamat siang.
7.
Daijobu desu : Tidak apa-apa.
8.
Iie : Tidak.
9.
Aki : Musim gugur.
10. Karaage : Jenis makanan gorengan yang
digoreng dalam minyak panas.
11. Takoyaki : Makanan berbentuk bola-bola
kecil dari adonan tepung terigu dengan potongan gurita di dalamnya.
12. Kokyuu
shinai made :
Hingga napas telah berhenti.
13. Daisuki
dayo : Aku benar-benar menyukaimu.
14. Ima
made arigatou :
Terima kasih untuk segalanya