Akhirnya tibalah hari di mana kami berenam akan terbang ke Dubai bersama Laudya C. Bella (Mbak Bella-kami memanggilnya begitu). Seperti yang tertera di itinerary yang telah dibagikan, kami berangkat ke Dubai dan Abu Dhabi pada tanggal 21 November 2016 dan akan kembali ke Indonesia lagi pada tanggal 25 November 2016.
Sunsilk menggunakan Bayu Buana Travel untuk menemani perjalanan kami selama di Dubai dan Abu Dhabi. Aku dan teman-teman merasa sangat puas dengan pelayanan dari Bayu Buana Travel. Mulai dari keaktifan mereka menjawab pertanyaan kami, bersabar dengan permintaan kami yang bermacam-macam, hingga memberikan pelayanan terbaiknya dalam mengurusi keperluan visa, izin kantor, dan lain sebagainya. Selain itu ada beberapa orang dari pihak dream.co.id yang juga menemani kami selama di Dubai dan Abu Dhabi, sekaligus yang akan mendokumentasikan kegiatan kami selama di sana.
Aku masih ingat, tanggal 21 November 2016 kemarin, aku sangat khawatir ketinggalan pesawatku ke Jakarta. Ya, karena kami semua harus berkumpul di Jakarta dulu. Hari itu aku terjebak macet hingga setengah jam karena memang pukul lima sore adalah jam-jam saat jalanan di Palembang begitu padat. Belum lagi hujan deras mengguyur Palembang. Sepanjang perjalanan menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, aku tak henti-hentinya berdoa. Allah memang Maha Baik, aku tiba di bandara tepat waktu. Alhamdulillah. Ini adalah kali ke dua aku naik pesawat sendirian. Pertama kali sendirian bepergian dengan pesawat itu di akhir tahun 2015 lalu. Saat itu hatiku sedikit was-was. Akan tetapi yang ke dua ini, aku sudah lebih tenang.
Sesampainya di terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, aku shalat magrib dan isya terlebih dulu sembari menanti Mbak Anddys, salah satu pemenang dari Surabaya yang merupakan seorang arsitek berbakat. Kami sudah janjian sebelumnya untuk pergi bareng ke terminal 2. Ada sedikit ‘drama’ untuk bisa bertemu dengan Mbak Anddys, tapi tidak akan kuceritakan di sini. Hahaha....
Sesampai di terminal 2 sekitar pukul 21.00 kurang beberapa menit. Aku sangat antusias bertemu mereka semua, yang sebelumnya hanya ngobrol di grup WA. Semuanya ramah dan asyik. Terlihat kompak karena memang kami diinstruksikan untuk memakai pakaian bernuansa hujau. Kami berkumpul di Old Town dan memesan makanan. Aku hanya memesan sejenis milk shake, lupa namanya apa. Minuman itu enak banget karena memang kata pelayan di sana itu adalah minuman favorit di sana. Kami berbagi cerita dan keseruan, tertawa bahagia bersama, dan tentu saling kenalan lagi.
Ada Mbak Irmawati dari Aceh. Wajahnya yang khas Aceh, terpancar cantik nan ayu. Ada juga Mbak July dari Bandung, yang akan menjadi teman sekamar di hotel. Selanjutnya Zulfina dari Malang, gadis manis berprestasi, pernah menjadi Grand Finalis Hilo Green Ambassador 2014. Terakhir, Kamilah dari Depok yang memiliki hobi mendaki gunung. Aku begitu senang berkenalan dengan mereka semua, sudah seperti keluarga dan saudara. Ada kejadian selama di Dubai yang membuat aku sadar jika kami saling menyayangi. Kejadiannya juga tidak akan aku ceritakan di sini. :D
Sebelum naik ke pesawat yang akan membawa kami ke Abu dhabi, kami harus ‘syuting-syutingan’ dulu di terminal 2. Itu ceritanya kami bertemu Mbak Bella lalu berkenalan dan ngobrol bareng. Mbak Bella aslinya memang cantik dan ramah. Orangnya juga rame dan lucu. Usai ambil gambar dan video, kami semua check in dan sebagainya. Dengan menggunakan Pesawat Etihad, kami yang berjumlah dua belas orang bersiap-siap untuk perjalanan yang cukup panjang. Kurang lebih sembilan jam lamanya di pesawat kami tibalah di Abu Dhabi Airport. Selamat datang Abu Dhabi!
Kami dijemput menggunakan salah satu bus pariwisata Dubai dan ditemani oleh seorang pemandu wisata yang cukup terkenal di Dubai. Kami memanggilnya Mas Ikram, asli Aceh yang merantau ke Dubai dan telah sukses sebagai pemandu wisata. Perjalanan dari bandara ke Yas Island untuk sarapan, diisi dengan penjelasan Mas Ikram tentang Dubai dan Abu Dhabi yang selama ini belum banyak kami ketahui.
Di dalam bus, aku lebih tertarik melihat ke luar jendela sambil mendengarkan cerita Mas Ikram. Meski lebih dominan padang pasir yang terlihat, namun pemandangan dan bangunan di Abu Dhabi memang indah-indah. Apalagi saat di Dubai nanti, pikirku. Kata Mas Ikram, kota Dubai jauh lebih indah dari Abu Dhabi. Ya Allah, aku seperti bermimpi telah menginjakkan di sini. Ini merupakan tempat terjauh yang pernah kudatangi. Terima kasih ya Allah, segala puja dan puji hanyalah untuk-Mu.
Sesampainya di Crowne Plaza Hotel, kami sarapan dengan lahap. Perjalanan dilanjutkan ke Dubai Museum. Di sini kami diajak untuk melihat dan mengenal bukti-bukti sejarah, kerajinan tangan khas Dubai, dan sekaligus melihat replika suasana kehidupan orang Dubai dari dulu hingga sekarang. Aku sempat terkagum-kagum karena replikanya persis seperti asli dan hidup, padahal hanya buatan tangan manusia. Keren! Ada peta Dubai, video perkembangan Kota Dubai, galeri-galeri benda bersejarah, ada Arish yang merupakan rumah musim panas tradisional zaman dahulu yang terbuat dari daun palm, dan masih banyak lagi.
Saat menuju pintu ke luar, kami menemui tangga yang melingkar. Di sana terdapat toko souvenir yang lucu-lucu. Di sini Mbak Bella membelikan kami souvenir sebagai kenang-kenangan. Terima kasih, Mbak Cantik. ^_^
(Salah satu lorong di Souk Madinat Jumeirah)
Tempat selanjutnya yang kami kunjungi adalah Souk Madinat Jumeirah, salah satu pasar modern populer di Dubai. Pemandangan yang memukau di sekitar tempat tersebut membuat kami betah berlama-lama untuk berfoto ria. Ditambah lagi Burj Al Arab bisa terlihat dari tempat tersebut, jadinya pengambilan foto lebih lama dibandingkan keliling di pasar modernnya. Oh iya, Souk Madinat Jumeirah ini terdapat lorong-lorong untuk dilalui. Suasana dengan wewangian rempah yang khas, akan membuat kita sulit melupakan tempat ini. Sekadar info, harga barang di tempat ini lebih mahal dibandingkan pasar tradisional Dubai. Sama seperti di Indonesia yang harga barang di pasar memang kebanyakan lebih murah dibandingkan harga barang di mall.
Setelah mengunjungi Souk Madinat Jumeirah, kami berencana naik Abra Taxi. Akan tetapi karena waktu yang kurang pas dan kami belum makan siang, maka Mas Martin dan Mas Ikram sepakat untuk mengajak kami naik Abra Taxi di lain hari saja. Selanjutnya kami segera menuju ke Diera City Centre, restoran yang ada masakan khas Indonesia (baca: sambal). Usai menikmati makan siang, kami segera menuju hotel untuk check in. Pullman Dubai Deira City Centre Hotel adalah hotel tempat kami menginap selama dua malam. Hotel setara bintang lima ini adalah hotel mewah dengan fasilitas ‘wah’. Aku suka kamarnya, aku suka sarapan paginya. Apalagi dari dalam hotel ini, ada tangga penghubung langsung ke pusat perbelanjaan. Betah! Betah!
Aku dan Mbak July mendapat kamar di lantai 7. Kami segera mandi, shalat, dan bersiap-siap dengan kecepatan lumayan tinggi, hehe.... Oh iya, kami masih harus memakai pakaian bernuansa hijau setelah ini. Aku masih tetap bersemangat meski badan sudah cukup lelah, teman-teman yang lain pasti juga sama denganku. Iya, kan?
Tempat selanjutnya yang kami kunjungi adalah sebuah padang pasir bernama Dubai Desert Conservation Reserve. Kami dijemput Land Cruiser yang dikemudikan oleh orang yang berpengalaman. Aku sangat bersemangat sore itu. Soalnya kami berkeliling di padang pasir dan menaiki bukit-bukit tinggi di sana dengan kecepatan yang penuh, seolah sedang naik roller coaster yang memancing adrenalin. Saat keluar mobil untuk ambil foto dan video, pasir yang lembut seakan membenamkan kakiku. Debu pasir juga beterbangan, jadi kalau ke sini wajib memakai kacamata jika tak ingin debu pasir menyakiti mata.
Malamnya kami menikmati hidangan khas Arab sambil menyaksikan tarian dan pertunjukkan yang mengasyikkan. Seru! Malam yang menyenangkan, dikelilingi padang pasir dengan langit Dubai yang indah, orang-orang asing yang ramah. Nikmat-Mu memang tak terhingga ya Allah. Sekitar jam sembilan malam waktu Dubai, kami kembali ke hotel dan istirahat.
(Cincin raksasa. :D)
Keesokan harinya, seusai sarapan kami segera menuju ke Dubai Gold Souk menggunakan Abra Taxi (transportasi air di Dubai) untuk menyeberang. Dubai Gold Souk adalah pasar tradisonal yang ada di Dubai. Di tempat inilah terdapat cincin emas terbesar (58,686 kg, 21 karat emas) dengan total beratnya 53,856 kg, yang selama ini hanya bisa kulihat di internet. Melihat cincin raksasa itu, aku berdecak kagum dalam hati. Banyak orang berkerumun untuk mengambil foto cincin di salah satu toko di sana. Siapa ya yang akan membeli cincin ini?
Barang dan souvenir lucu di pasar tradisional di sini lumayan murah-murah jika kita bisa menawar. Contohnya saja, gantungan kunci khas Dubai yang harganya 15-20 AED, bisa kudapat dengan harga 7 AED saja. Hebat, bukan? Inilah kalau orang Palembang yang belanja. Hahaha....
Kami makan siang di Betawi Indonesian Restaurant, di daerah GoldCrest Executive Tower-JLT. Ketemu orang Indonesia sekaligus ketemu masakan khas Indonesia merupakan hal langkah di sana. Makanannya enak-enak ditambah dengan pemandangan air seperti danau di antara gedung-gedung yang amat tinggi dan angin yang lembut, rasanya betah untuk tinggal berada di sana beberapa saat lagi.
Sehabis makan siang di sana, kami melanjutkan perjalanan ke Atlantis The Palm Dubai dan dilanjutkan ke Jumeirah Beach. Ke pantai siang-siang? Siapa takut. Hehe.... Selepas dari sana kami langsung menuju Dubai Mall.
Dubai mall merupakan mall terbesar dan termegah di Dubai. Di depan Dubai mall ada air mancur yang disebut Dubai Fountain. Pertunjukkan Dubai Fountain ini akan membuat malam di sekitar sana menjadi malam indah nan romantis. Tarian air mancur, diwarnai kerlip lampu warna-warni, musik yang mengalun lembut namun mampu membangkitkan semangat, dan tak ketinggalan juga dilatarbelakangi pemandangan Burj Khalifa yang tinggi menjulang. Oleh sebab itu, Dubai Fountain adalah tempat wajib yang harus dikunjungi untuk kalian yang sedang berkunjung ke Dubai.
Ngomong-ngomong tentang Burj Khalifa, gedung yang berlantai 160 ini (sumber: wikipedia)-aku lupa saat diberi penjelasan oleh Mas Ikram jumlah lantainya, merupakan bangunan yang memiliki lift tercepat dengan kecepatan 60 km/jam. Jadi saat kami berada di lift menuju lantai 124, hanya membutuhkan waktu kurang lebih hanya satu menit lamanya. Luar biasa bukan teknologi di Dubai?
Selain Burj Khalifa dan Dubai Fountain, juga ada akuarium raksasa di dalam Dubai Mall. Akuarium yang berisi ribuan biota laut yang hidup di dalamnya. Sayangnya kami tidak masuk ke dalam akuarium tersebut karena sudah kemalaman. Kami segera menuju restoran untuk makan malam dan pulang ke hotel untuk beristirahat.
Ini hari ke tiga atau hari terakhir kami di Dubai. Pagi ini setelah sarapan, aku bersama Mbak Irma dan Mbak July belanja di Carrefour di area hotel. Aku sangat senang belanja di sini. Harganya murah-murah. Lebih murah dari Carrefour di Indonesia. Sempat menyesal juga hanya membeli coklat kurma dubai dengan jumlah yangg tak banyak. Padahal enak-enak dan harga terjangkau. Berarti besok-besok ke sana lagi ya. :D
(Goldcrest Executive Tower)
Sekitar jam sepuluhan kami check out dari hotel. Kami mampir dulu ke Restoran Thailand untuk makan siang, di daerah GoldCrest Executive Tower lagi sebelum meneruskan perjalanan ke Abu Dhabi. Setelah makan siang barulah perjalanan dilanjutkan ke Abu Dhabi untuk mengunjungi Sheikh Zayed Grand Mosque untuk foto, ambil video, juga shalat zuhur dan ashar. Masjid termegah ini besarnya dua puluh lima kali lapangan bola dengan hiasan batu pualam putih. Masjid yang dapat menampung hampir 50.000 jamaah ini dikelilingi kolam-kolam yang dapat memantulkan bentuk arkade masjid. Oh iya, untuk masuk ke dalam masjid ini, kita akan diperiksa dulu. Bagi pengunjung atau jamaah yang datang, haruslah berpakaian sopan dan tidak transparan, agar diizinkan masuk oleh petugasnya.
Sehabis dari Sheikh Zayed Grand Mosque, kami menuju Ferrari World. Kami sangat bergembira dan bersemangat di sini. Aku dan teman-teman mencoba wahana permainan dan berbagai fasilitas yang ditawarkan di Ferrari World. Di sini ada toko-tokoyang menjual aksesoris berbagai jenis dengan ikon mobil ferrari. Hanya saja harganya mahal-mahal, sepertinya sebandinglah dengan kualitas barang-barangnya. Oh iya, awalnya kami mencoba Fiorano GT Challenge yang kecepatannya biasa saja. Lalu dilanjutkan menikmati Formula Rossa, The World Fastest Roller Coaster, yang hanya beberapa orang saja yang mau mencobanya. Benar-benar fantastis! Rasanya jantung mau lepas saat dari ketinggian langsung meluncur ke bawah. Sayangnya kami tidak sempat mencoba roller coaster tertinggi di dunia karena sudah kemalaman dan takutnya ketinggalan pesawat. Seusai dari Ferrari World, bus membawa kami ke salah satu hotel di sekitar sana untuk makan malam.
(Di Ferrari World Abu Dhabi)
Tibalah waktunya untuk mengakhiri liburan kami bersama Sunsilk. Kami menuju Abu Dhabi Airport kemudian naik Etihad lagi menuju negeri tercinta Indonesia. Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, kami menyempatkan untuk menikmati Bakso A Fung bersama. Di sanalah kami berpisah. Sempat sedih-sedihan sebentar dan kami saling berjanji jika ada kesempatan akan berjumpa lagi di lain waktu. Terima kasih Unilever dan Sunsilk Indonesia, terima kasih pihak dream.co.id, terima kasih Bayu Buana Travel, terima kasih Mbak Bella, terima kasih teman-teman seperjuanganku, dan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Allah SWT yang telah memberikan nikmat sebesar ini. Allahuakbar!

Sampai jumpa di perjalananku selanjutnya. Aamiin ^_^
Ah... Murnii seru yaaa.. Entah kapan lagi kita bisa bertemu...
ReplyDeleteSemoga ada rejeki bisa ketemu murni Dan teman lainnya suatu hari nanti... Aamiin...
Iya Mbak, pengen lagi jalan bareng. Aamiin ^_^
DeleteAslii baper baper, huhu.. Kangen kalian semua mba-mba :')
ReplyDeleteKangen sama kamu juga Mila... :)
Delete