Palembang, 06 Agustus 2017
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Sejak
2013, Unsri memang telah berubah status menjadi PTN-BLU. Status inilah yang
mengubah biaya kuliah menjadi sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT). Jadi mahasiswa
hanya membayar UKT saja setiap semester, setelah itu ia berhak menikmati
seluruh fasilitas dan pelayanan di kampus. UKT terbagi beberapa level, dari
level terendah sampai level tertinggi. Untuk itu, setiap mahasiswa baru boleh
memilih atau menentukan sendiri sanggup membayar UKT di level berapa dengan
mengikuti prosedur yang ada. Selanjutnya pihak Unsri akan melakukan survei dan
wawancara terhadap mahasiswa tersebut. Setelah ada kesepakatan, maka mahasiswa
wajib membayar UKT per semester, yang besarannya berdasarkan kesepakatan bersama.
Lain
halnya dengan mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi. Bidik Misi diberikan
kepada mahasiswa pintar dan berprestasi, namun kurang mampu secara ekonomi.
Mahasiswa ini akan dibebaskan biaya UKT dan mendapatkan uang bulanan untuk
menunjang kegiatan selama kuliah. Akan tetapi, beasiswa ini hanya berlaku untuk
4 tahun. Oleh sebab itu, mahasiswa penerima Bidik Misi harus bisa menyelesaikan
kuliahnya selama delapan semester dan jangan sampai memiliki IPK yang buruk.
Beberapa
waktu lalu (25 Juli 2017), saya membaca petisi tentang tuntutan mahasiswa
mengenai penurunan UKT semester 9 (penurunan sampai 50% untuk UKT non Bidik Misi
dan level 1 untuk Bidik Misi). Sempat timbul keheranan di benak saya, kenapa
hal itu bisa terjadi? Bukannya besaran biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal) adalah
sebuah perjanjian yang telah disepakati dari awal, ya tentu selama masih berstatus
mahasiswa di Unsri wajib membayar UKT sebesar itu tiap semester.
Tak
berapa lama dari itu (28 Juli 2017), tiba-tiba saya dan teman-teman pegawai di
Rektorat Unsri dikejutkan oleh kedatangan mahasiswa-mahasiswa ke rektorat untuk
melakukan aksi damai dikarenakan sudah empat kali dilakukan audiensi kepada
rektor dan pihak kampus, namun tidak membuahkan hasil. Mahasiswa yang jumlahnya
cukup banyak itu, memasuki gedung rektorat sembari berorasi menyuarakan keinginan
mereka. Lebih dari seratus mahasiswa tersebut tidak segan beramai-ramai
memasuki wilayah rektorat, naik ke lantai tiga-di mana di sanalah ruang rektor
dan para wakil rektor. Kebetulan hari itu, Rektor Unsri dan para wakil rektor serta
para pejabat sedang tidak berada di tempat. Jadi penyerahan koin untuk rektor
diterima oleh salah satu kepala sub bagian di rektorat. Di hari yang sama,
mahasiswa juga menggelar yasinan dan berada di rektorat hingga sore hari.
Pada
tanggal 03 Agustus 2017, aksi mahasiswa menuntut penurunan UKT semester 9
kembali dilakukan. Akan tetapi, para mahasiswa dilarang memasuki area dalam
rektorat, sehingga pintu depan dan pintu samping kanan kiri ditutup dan dijaga
oleh polisi dan satpam Unsri. Aksi kali ini membuat saya begitu keheranan.
Sebab, banyak sekali polisi yang didatangkan (yang saya tahu, hal ini
dikarenakan untuk mencegah terjadinya tindakan yang tidak diinginkan). Belum
lagi kehadiran wartawan dari media hingga siaran langsung oleh stasiun TV. Ratusan
mahasiswa memenuhi halaman depan gedung rektorat dengan orasi-orasi mereka. Hari
itu, Mereka menambah tuntutan untuk mengaktifkan kembali tiga akun akademik
mahasiswa, termasuk Presiden Mahasiswa (Presma). Sekaligus tuntutan untuk mencabut
laporan pihak rektorat terhadap Presma Unsri ke Polres Ogan Ilir terkait demo
yang mengandung unsur pengujaran kebencian terhadap rektor, ancaman membakar
aset negara, mempermalukan rektor dan senat Unsri dalam acara resmi, dan
pelanggaran etika. Presma Unsri menentang laporan ini karena ia merasa tidak
melakukan tindakan sebagaimana yang dituduhkan.
Sebenarnya
aksi tersebut berjalan damai dan tertib sebelum istirahat siang, sama halnya
dengan aksi pada tanggal 28 Juli 2017 lalu. Perwakilan mahasiswa sebanyak 15
orang diperbolehkan masuk dan audiensi dengan pihak rektorat. Hari itu, rektor dan
wakil rektor 1 sedang dinas di luar kota sehingga mereka hanya bertemu dengan
wakil rektor 2, wakil rektor 3, dan wakil rektor 4, beserta beberapa pejabat.
Pihak Unsri telah memberikan jawaban dan meminta perwakilan mahasiswa tadi
untuk menjelaskan kepada teman-teman mereka di luar, namun hal ini belum bisa
diterima para mahasiswa sehingga aksi mahasiswa tetap dilanjutkan.
Tibalah
seusai istirahat siang, aksi semakin memanas karena pihak rektorat yang
berwenang tidak juga keluar untuk menemui ratusan mahasiswa. Di sini, saya dan
beberapa teman menyaksikan secara langsung apa-apa saja yang telah terjadi.
Kami mengamati dari lantai 2 gerak-gerik mahasiswa yang dizinkan masuk dan
shalat di dalam mushola rektorat. Kami mengamati para polisi, polisi wanita,
satpam, dan aksi mahasiswa di luar. Saya seperti tidak percaya hal ini dapat
terjadi di dalam kampus. Ada hikmah apa di balik semua keadaan yang terjadi
saat ini?
(Sumber Foto: Yulindah)
Suara
mahasiswa makin menggema, beberapa kali kaca pintu depan hendak didorong oleh
mahasiswa, satpam dan polisi berjaga penuh di depan dan di balik pintu, saya
seperti sedang menonton film atau drama yang mana di TKP sedang dipenuhi polisi
yang berjaga-jaga. Ah, kampusku. Kami miris, khawatir, tegang, dan beragam perasaan
tidak menentu lainnya. Saya dan seorang teman sempat membicarakan tentang
sekelompok mahasiswa yang sedang duduk-duduk di tangga dan mengobrol. Apa yang
sedang mereka lakukan, apa yang sedang mereka bicarakan. Kami sempat berpikir
negatif, sepertinya setelah ini akan terjadi hal-hal di luar keinginan. Dan
benar saja, beberapa menit kemudian suara pecahan kaca terdengar. Ternyata kaca
pintu samping kiri rektorat pecah (pintu samping kanan dan kiri memang tidak
terlalu dijaga ketat). Polisi dan satpam menyerbu pintu tersebut dan dua orang
mahasiswa berhasil ditangkap. Pecahnya kaca pintu tersebut disebabkan karena si
satpam ingin menangkap mahasiswa yang telah memecahkan kaca terlebih dahulu. Dia
berniat menangkap mahasiswa tersebut, sehingga dengan cepat pintu dipecahkan
agar mahasiswa tidak kabur. Inilah kejadian yang sebenarnya, saya mendapatkan
keterangan langsung dari salah satu satpam yang benar-benar ada di dekat sana
saat kejadian.
Tindakan
pemukulan terhadap mahasiswa yang dilakukan oleh satu polisi, satu satpam
Unsri, dan satu pegawai rektorat memang sangat disayangkan. Tindakan mereka
tidak dapat dibenarkan. Seharusnya jangan menggunakan emosi dan melakukan
tindakan kekerasan, cukup menangkap dan menahan mereka untuk dimintai
keterangan. Akan tetapi semua telah terjadi dan keadaan tidak membaik. Apalagi
banyak pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan situasi dengan
menyebarkan berita yang asal-asalan, yang menambah citra kurang baik untuk
Unsri.
Seharusnya
kejadian-kejadian ini tidak terjadi. UKT sudah menjadi kewajiban setiap
mahasiswa yang masih berkuliah di Unsri. Itu sudah perjanjian di awal masuk
kuliah. Dari semester 1 hingga semester 8, pembayaran UKT lancar-lancar saja.
Lalu kenapa di semester 9 menjadi permasalahan?
“Di
semester 9 kami hanya skripsi, menunggu sidang atau ujian kompre, menunggu yudisium/wisuda.
Apa kami harus bayar UKT penuh, padahal tidak lagi kuliah?”
Adik-adik,
itu sudah menjadi peraturan kampus sejak dulu. Tidak peduli di semester 9 hanya
tinggal skripsi, hanya menunggu sidang atau ujian kompre, atau hanya menunggu
yudisium/wisuda. Sebab status kita masih mahasiswa aktif, yang masih
membutuhkan fasilitas dan pelayanan dari kampus. Seharusnya Adik-adik sekalian,
lebih fokus saja pada nilai-nilai kalian. Fokus pada skripsi kalian, agar
segera selesai. Percayalah, Allah akan memberikan jalan jika Adik-adik
mengalami kesulitan membayar uang kuliah. Selagi berusaha dengan
bersungguh-sungguh, maka seisi bumi turut mendoakan dan tangan-tangan bumi akan
meringankan.
Untuk
Adik-adik penerima Bidik Misi, sudah dari awal dijelaskan kalau kuliah kalian
ditanggung hanya sampai semester delapan. Kenapa begitu? Sebab kalian adalah
orang-orang yang dipercaya untuk bisa menyelsaikan kuliah dengan cepat, kalian
adalah orang-orang pintar yang terpilih. Seharusnya kalian memanfaatkan
kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Jika memang tidak sanggup, risiko harus
kalian tanggung sendiri.
Adik-adik,
kampus ini adalah rumah kita. Seharusnya kita yang bertanggung jawab dan berkewajiban
mempertahankan keharuman namanya, menjaga isi dan keindahannya. Ini adalah
tempat kita diberi makanan bergizi, merawat kita dari kecil hingga menjadi
besar dan siap bersaing di luar sana, menyelimuti ketika dingin menerpa,
memayungi ketika terik menyerang. Layaknya dalam keluarga, tidak semua
permintaan kita akan dikabulkan oleh orangtua kita, bukan? Jika kita memaksakan
kehendak, melanggar peraturan, bahkan mengancam keamanan, apakah benar tindakan
tersebut? Bagaimana reaksi orangtua jika anaknya seperti itu?
Untuk
pihak rektorat, ini adalah sebuah pelajaran. Tentu ada hikmah di balik semua
kejadian. Semoga mampu memilih kebijakan terbaik, mampu mengambil tindakan
terbaik, dan mampu memberi yang terbaik, untuk semua. Jadilah orangtua terbaik
untuk anak-anak. Perbaiki sistem jika memang perlu perbaikan.
Untuk
pihak-pihak yang tidak mengetahui kejadian yang sebenar-benarnya, saya mohon
jangan memberikan berita yang belum tentu kebenarannya. Ini akan memperburuk
keadaan. Jika hanya melihat dari video sepotong-sepotong yang beredar, dari
berita-berita yang berseliweran di mana-mana, tentu akan menimbulkan makna yang
berbeda-beda. Ada baiknya kita cukup tahu saja, jangan memberikan tanggapan
yang ujung-ujungnya malah menjadi provokator yang menyesatkan. Satu lagi,
mengenai isu DO untuk Presma, bukanlah disebabkan aksi yang dilakukan melainkan
karena nilai-nilai kuliahnya yang tidak memenuhi persyaratan (keterangan
terlampir pada foto di bawah ini).
(Sumber Foto: Wakil Dekan 2 FE Unsri)
Semoga
Allah selalu melindungi kita semua dan melancarkan urusan kita di dunia maupun
di akhirat. Aamiin ya Robbal Aalamiin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
(Murni
Oktarina)
Sumber Foto Atas: Instagram BEM KM Unsri
Bagus ka, mampir juga ya di bloh saya http://taufiknoorr.blogspot.com
ReplyDeleteInsyaaAllah bermanfaat dan akan update setiap harinya kalau tidak ada kesibukannya, terima kasih.
in syaa Allah ya ^_^
DeleteNyimak, Mbak.
ReplyDeleteSemoga segera jernih lagi keadaan di almamater kita. Aaamin
aamiin ya Allah :)
DeleteSedari awal mahasiswa harusnya belajar bertanggung jawab. Kan resiko sendiri kenapa sampe smt 9 belum lulus. Hidup itu hrs ada plan.*sok bijak *pernah ngalami
ReplyDeleteApa yg Mbak Diba bilang, itu beneeer. Setuju sekali :)
Delete