Sunday, 31 March 2019

Ini 5 Alasan Saya Cinta FLP, Kalau Kalian?



Teman-teman sudah pada tahu ‘kan ya tentang Forum Lingkar Pena (FLP)? FLP merupakan organisasi yang bergerak di bidang literasi, sehingga anggota-anggota di dalamnya berisikan para penulis, calon penulis, hingga pembaca yang mencintai buku dan segala yang berkaitan dengan dunia literasi. FLP didirikan pada tanggal 22 Februari 1997 oleh Bunda Helvy Tiana Rosa bersama beberapa orang teman. Pendirian FLP berawal dari diskusi tidak formal para alumni Fakultas Sastra Universitas Indonesia karena mendesaknya kebutuhan masyarakat Indonesia akan bacaan yang baik serta banyaknya pemuda yang memiliki potensi dalam bidang kepenulisan tanpa tersalurkan.

Organisasi yang memiliki visi sebagai organisasi yang memberikan pencerahan melalui tulisan ini telah berusia 22 tahun. Selama itu pula, FLP terus tumbuh dan berkembang melahirkan penulis-penulis yang luar biasa bersama karyanya. Dengan cabang-cabang yang ada di setiap provinsi dalam negeri dan belasan cabang di luar negeri, FLP telah memiliki ribuan anggota dengan berbagai latar belakang. Mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pegawai. Baik yang masih berusia anak-anak, remaja, sampai dewasa.

Alhamdulillah, saya sendiri sudah bergabung menjadi salah satu anggota FLP Cabang Palembang sejak tahun 2017 lalu. Mungkin bisa dikatakan agak terlambat, sebab di tahun 2013 sebenarnya saya sudah mengenal FLP lewat sebuah perlombaan yang saya ikuti. Mulai dari sana, benih cinta itu perlahan tumbuh. Ya, bisa dikatakan sebagai cinta pada pandangan pertama. Setelah benar-benar menjadi bagian dari FLP, cinta itu pun semakian merekah karena berbagai hal yang ada di FLP.

Apa saja hal-hal yang membuat saya cinta FLP? Di bawah ini, saya akan membagikan 5 (lima) alasan yang membuat cinta itu mulai datang, perlahan tumbuh, dan ikhlas bertahan.

1. Perjumpaan Pertama yang Manis

Pada tahun 2013-tepatnya pada tanggal 26 Mei 2013, FLP Wilayah Sumatra Selatan (Sumsel) mengadakan Talkshow Kepenulisan dengan tema “Penulis Kreatif, Karya Inspiratif”. Saya diundang ke acara tersebut karena menjadi salah satu peserta Lomba Menulis Puisi dalam Rangka Musyawarah Wilayah ke 3 FLP Sumsel. Inilah perjumpaan pertama saya dengan FLP yang manis untuk dikenang.

Saat itu yang menyampaikan materi adalah Mbak Afifah Afra, yang saat ini duduk sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Pusat FLP Periode 2017-2021. Ternyata bukan hanya talkshow kepenulisan, dalam acara tersebut juga diselenggarakannya peluncuran Novel “Da Conspiracao” milik Mbak Afifah Afra, Novel “Takhta Mahameru” yang ditulis oleh Mbak Azzura Dayana, dan Buku Kumpulan Cerpen “Bidadari Benua” yang merupakan hasil karya penulis-penulis FLP Sumsel.

Ada satu bagian acara lagi yang benar-benar membuat saya tertarik bergabung ke FLP, yaitu pengumuman FLP Award dengan beberapa kategori seperti Cabang Terbaik, Cabang Terproduktif, Penulis Tersantun, Penulis Terproduktif, dan Penulis Terfavorit. Nah, saat pembawa acara memanggil nama-nama penulis yang memenangkan FLP Award inilah saya ikut bahagia dan terharu melihat wajah-wajah di depan sana yang semringah.

Saya pun ikut semringah ketika pemenang Lomba Menulis Puisi diumumkan. Pembawa acara menyebutkan nama saya sebagai juara pertama dan meminta saya untuk maju menerima hadiah berupa piala, Buku Antologi Cerpen “Bidadari Benua”, dan amplop berisi sejumlah uang tunai.

2. Diterima Layaknya sebuah Keluarga

Sayangnya, di tahun 2013 itu saya terlambat untuk mendaftar sebagai anggota FLP. Kemudian di tahun-tahun setelahnya, karena disibukkan oleh pekerjaan, saya tidak lagi memikirkan hal tersebut. Sampailah pada tahun 2017, saya dan Novita-sahabat terdekat saya, bersama-sama mendaftar Klub Cinta Menulis (KCM) FLP Palembang. Kami tertarik karena pembukaan kelas pertama diisi oleh Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy).

Kekompakan kami saat di Writing Camp

Kurang lebih satu bulan setengah, saya dan teman-teman yang berjumlah dua puluh lebih diberi ilmu kepenulisan di KCM dan dilanjutkan dengan Writing Camp selama dua hari satu malam. Dengan senang hati, saya mengikuti satu per satu kegiatan dari panitia. Mulai dari hadir dalam kelas, membuat berbagai tugas, berkemah, mengikuti out bond, dan sebagainya. Apalagi di sanalah saya bertemu teman-teman baru yang memiliki hobi menulis dan kami merasa sudah menjadi seperti satu keluarga.

Bahkan teman-teman yang terlebih dahulu menjadi anggota FLP Palembang, tidak menganggap diri mereka senior dan kami yang baru tidak dianggap sebagai junior. Kita semua sama. Kita adalah keluarga. Aku merasakannya. Di FLP, kami memang diterima layaknya keluarga.

3. Bukan Sekadar Menulis, tapi Menulis untuk Mencerahkan

FLP memang organisasi yang anggotanya adalah orang-orang yang suka menulis dan yang mau belajar menulis. Namun menulis sebagai penulis yang berada di dalam rumah FLP, kita “dituntut” untuk menulis yang bukan hanya sekadar menulis tapi menulis untuk mencerahkan.

Tea Time merupakan salah satu agenda FLP Palembang dalam meningkatkan ilmu kepenulisan
Reading on The Street (ROTS) juga merupakan agenda FLP Palembang

Inilah alasan ketigaku mencintai FLP, karena FLP berbeda. Kita diajak untuk menulis yang tidak menyimpang dari syariat islam. Kita diajak untuk menulis sesuatu yang dapat mencerahkan bagi yang membacanya. Sebab apa yang kita tulis itu akan dibaca banyak orang. Seperti kata-kata Bunda Helvy di bawah ini:

“Bagi saya, karya sastra yang baik itu adalah karya yang dapat membuat kita bergerak. Bukan hanya sekadar karya sastra yang membuat kita jadi pengkhayal dan terbuai dalam lautan kata-kata semata. Karya sastra semestinya dapat mengasah nurani kita untuk lebih peduli, membuat kita penuh cinta, dan membuat kita lebih bercahaya.”

4. Keluar dari Zona Nyaman

Sejak menjadi anggota FLP Palembang, saya tertatih memulai bagian kehidupan yang baru. Bisa dikatakan saya harus keluar dari zona nyaman. Kebetulan saya diamanahkan sebagai bendahara di FLP Palembang dan dengan begitu saya harus bertanggung jawab memegang kas yang sebelumnya sudah lama sekali tidak saya lakukan, sebab saya jarang bersedia bila diminta menjadi perangkat dalam organisasi atau komunitas apapun yang saya ikuti.

Di FLP Palembang juga, saya harus berani berbicara dan tampil di depan banyak orang. Padahal saya paling “malas” menjadi pusat perhatian banyak orang. Akan tetapi mau tidak mau saya harus belajar dan membiasakan diri untuk menepisbrasa "malas" itu. Salah satu contohnya adalah ketika FLP Palembang menyelenggarakan agenda FLP Goes to School, yang mana saya harus berbicara beberapa kali di depan umum.

Saya di Goes to School di SMK N 2 Palembang

Alasan keempat saya cinta FLP ya karena hal ini, karena FLP cukup berhasil menjadi kan saya orang yang mau berbicara di depan umum dengan hati yang senang. Hikmahnya, setelah di Goes to School inilah saya berani untuk menjadi pengisi materi kepenulisan di beberapa kesempatan lainnya. Bahkan saya sempat merasa aneh sendiri, ketika saya mau mencoba menjadi peserta dalam perlombaan membaca puisi sebanyak dua kali. Walau tidak satu pun yang berhasil menjadi juara. Hehe ....

5. FLP Membangunkan Saya dari Tidur Panjang

Saya mulai aktif menulis di pertengahan tahun 2012 dan pertengahan tahun 2013 saya mulai berhenti secara perlahan karena memiliki kesibukan lain. Saya terlena, kemudian saya tertidur dari dunia literasi. Tidur yang lumayan panjang, hingga di awal tahun 2017 perlahan saya dibangunkan lewat FLP. Sangat tidak mungkin bukan mengaku sebagai anggota FLP tapi tidak memiliki sebuah tulisan?

Jadi saya makin cinta FLP karena alasan terakhir ini. FLP yang mengetuk dan menarik hati saya agar tergerak untuk bangkit. Saya pun mulai menulis lagi. Meski belum berhasil menulis buku solo seperti masa-masa kejayaan di tahun 2012-2013, setidaknya belasan cerpen dan artikel, serta puluhan puisi telah berhasil saya lahirkan mulai tahun 2017. Saya juga mulai mengikuti perlombaan menulis lagi dan dapat tersenyum dengan beberapa hasilnya. Bahkan tulisan ini pun lahir karena rasa cinta saya terhadap FLP. Sampai-sampai jumlah katanya melebihi 1000 kata, karena saya keasyikan curhat di sini. Eh .... :D

Nah itulah kelima alasan saya cinta FLP. Kalau kalian?

¤ Selamat Milad yang ke 22 untuk FLP ¤



*Tulisan ini dibuat dalam rangka lomba blog dari Blogger FLP pada rangkaian milad FLP 22.

#BloggerFLP #KuotakanMauMu #BloggerFLPxSF7


Thursday, 14 March 2019

Cara Simpel Mengenali Sepatu Balenciaga Asli

(gethalal.co.id)

Mungkin sebagian besar dari Anda sudah tidak asing lagi dengan sepatu Balenciaga. Semakin hari, industri sepatu kini mulai saling bersaing satu sama lain dalam memproduksi koleksi sepatu yang memiliki keunikan tersendiri. Para pengusaha sepatu mulai berusaha keras bersaing dalam lingkup pasar untuk sebisa mungkin menarik perhatian banyak masyarakat agar membeli produk sepatunya. Hal ini juga dilakukan oleh perusahaan sepatu Balenciaga. Akhir-akhir ini tentu Anda sudah tidak asing dengan model sepatu yang pada bagian pergelangan kakinya didesain seolah-olah pemakai sedang memakai kaos kaki. Dengan desain yang unik ini, maka tak heran jika masyarakat bahkan kalangan selebriti mulai melirik dan tertarik dengan model sepatu yang satu ini.

Kenapa? Karena selain bentuknya yang unik, secara kenyamanan, sepatu ini sangat direkomendasikan. Si pemakai bisa memakai sepatu tanpa harus menggunakan kaos kaki karena lapisan sepatu yang tertutup rapat dan adanya model jepret pada bagian pergelangan kaki yang terlihat seperti kaos kaki. Sesuai dengan model dan kualitasnya, tak mengherankan jika sepatu model ini memiliki harga yang tidak tanggung-tanggung mahalnya. Namun sama halnya dengan jenis sepatu terkenal lainnya, karena harganya yang mahal sekali maka banyak dari pengusaha sepatu kw yang pada akhirnya membuat tiruan model sepatu yang satu ini. Nah sebagai pembeli yang bijak Anda harus tetap waspada tentunya. Hal ini karena tak jarang sepatu Balenciaga yang awalnya kw justru dipatok dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan harga versi ori-nya. Tentu saja Anda sendiri yang akan rugi jika tertipu dengan produk kw berharga mahal ini, bukan?

Oleh karenanya sangat patut bagi Anda untuk mampu mengenali bagaimana perbedaan dari sepatu merek Balenciaga yang asli dan palsu. Bagi Anda yang belum banyak mengetahui alias belum bisa mengenali sepatu ori ini dengan baik, Anda tak perlu khawatir. Di bawah ini ada beberapa cara mudah dan simpel untuk bisa mengenali keaslian dari sepatu merek Balenciaga. Di antaranya yaitu:

1. Perhatikan bentuk dari ujung kaki yang ada pada sepatu ini. Sepatu merek Balenciaga akan terlihat tidak runcing jika dilihat dari sudut manapun. Bagian ujungnya juga tidak akan terlihat melengkung.

2. Perhatikan kerapian jahitan pada setiap bagian sepatu. Sepatu asli Balenciaga pasti akan memiliki pola jahitan yang rapi dan juga selaras. Jahitannya juga kuat serta sempurna. Berbeda dengan produk kw yang jahitannya terlihat tidak senada dan tidak rapi.

3. Perhatikan tulisan merek yang tertera pada sepatunya. Tulisan Balenciaga pada bagian sepatu baik itu pada bagian samping atau bagian lainnya akan dibuat dengan jahitan yang halus nan tegas dan jelas.

4. Perhatikan pada bagian sol. Bagian ini menjadi bagian sangat mudah dikenali. Pada sepatu asli dari Balenciaga terdapat bulatan yang dibuat dengan ukuran besar-besar. Pada bagian ini juga pasti terlihat bagian dots akan saling menempel dan tidak berjarak jauh satu sama lain. Sebaliknya sepatu kw akan terlihat bulatan yang kecil-kecil dan satu sama lainnya memiliki jarak berjauhan. 

5. Sepatu merek Balenciaga yang asli akan selalu melengkapi pembungkusan sepatu dengan plastik yang dilengkapi tulisan print dan juga dilengkapi dengan sertifikat keaslian yang dibungkus menggunakan amplop segitiga.

Nah dengan beberapa hal yang harus Anda perhatikan di atas tentu kini Anda harus bisa membedakan mana sepatu yang asli dan mana yang palsu. Semoga bermanfaat.  



Popular Posts