Saturday, 5 September 2020

Nyatanya Aku Serapuh Ini

 

Kau dan aku adalah tentang kebersamaan kita yang terpaksa. Sebab ada sebuah nama yang diam-diam kausebut dalam doamu. Ada sebuah kenangan yang diam-diam kauingat dalam memorimu. Ada sebuah hati yang diam-diam kaujaga. Ada sebuah harap yang diam-diam kaupendam dalam rasa.

Kini kauinginkan aku merelakan. Katamu keterpaksaan hanya akan berbuah luka. Kau minta aku untuk berhenti mengharapkan. Katamu semua adalah sia-sia.

Rupanya aku bukanlah angin yang kesejukannya mampu menenangkan gelisahmu. Aku bukanlah sebuah perahu yang dapat menyelamatkanmu saat kau berada di tengah lautan. Aku bukanlah bintang yang selalu kausapa saat kesunyian menghampiri malammu. Dan aku bukan lilin yang menerangimu saat kau membutuhkan cahaya dalam perjalanan.

Aku hanyalah sebatas kisah yang patah, yang telah kaulewati begitu saja. Kau berlari mengejarnya sementara aku menguatkan kerapuhan yang kuharap tak akan menjadi serpihan meski kautinggalkan.

Talang Ubi, 04 September 2020



Tuesday, 1 September 2020

Selamat Datang Hari Patah Hati!


Aku tahu, mencintai adalah sebuah keputusan. Bukan sebuah keputusasaan. Mencintai adalah pilihan, bukanlah sebuah harapan. Mencintai adalah sebuah kesiapan. Kesiapan untuk terluka. 

Padahal dulu aku yakin, bahkan sangat yakin bila hatiku telah siap dengan sempurna untuk terluka apabila suatu hari nanti kamu telah menemukan cintamu. Tapi aku salah. Aku tak pernah membayangkan lukanya bisa sepedih ini.

Kamu memang hebat! Puluhan purnama kamu mendekam di relungku. Dan aku bisa nyaman dengan kondisi itu.

Tapi aku melupakan satu hal. Kenyataan. Iya, kenyataan! Kenyataan bahwa akhirnya kamu akan bersama sebuah hati yang menjadi pilihanmu dan itu bukan aku.

Selamat datang hari patah hati. Hari ini kumohon biarkan mataku bersuara dalam rintiknya. Biarkan bibirku bergetar dalam tangisnya. Biarkan hatiku menyembuhkan sendiri lukanya.

Melepaskan. Begitulah seharusnya.

Mengikhlaskan. Begitulah semestinya.

Sebab mencintai itu berarti harus siap-siap untuk terluka. Sebab mencintai tugasnya hanyalah memberi hati bukan berharap sesuatu yang lebih. Sebab mencintai bukanlah memaksa. Sebab mencintai adalah keikhlasan.

Aku memang belum bisa berjanji untuk dapat melupakan, namun aku akan merelakanmu melakukan upacara perpisahan dengan hatiku. Meski hanya air mata yang mampu bersuara.

Kuucapkan selamat tinggal untukku, untuk cinta sendirianku. Biarkan ini menjadi kisah yang patah namun pernah ada indah di dalamnya. Bagaimanapun,  kamu adalah seseorang yang pernah kuingini walau aku bukanlah seseorang yang kauingini.

Selamat berbahagia untukmu. Dari aku, yang mencintaimu dalam diam.



Popular Posts